money.teknologmuda.com – Krisis moneter di Indonesia pada tahun 1997-1998 masih segar dalam ingatan kita. Siapa sangka pada tahun 2008 dunia juga dilanda krisis ekonomi yang berhasil menghancurkan perekonomian AS, justru krisis subprime mortgage.
Jika Anda investor berpengalaman, Anda pasti sudah tidak asing lagi dengan momok aneh yang satu ini. Namun, jika Anda seorang pemula, Saham akan membagikan semua aspek krisis ini untuk menambah pengetahuan Anda.
Krisis Subprime Mortgage
Secara sederhana, krisis subprime mortgage adalah krisis yang melanda negeri Paman Sam akibat salah perhitungan mengenai produk subprime mortgage, rumah murah atau KPR.
Awalnya, ini disebabkan oleh tujuan yang cukup mulia bahwa siapa pun dapat memiliki rumah. Pada saat yang sama, membuka peluang bisnis yang menguntungkan.
Pada saat itu, banyak perusahaan Amerika sebenarnya menawarkan pinjaman rumah kepada orang-orang yang tidak pantas mendapatkan kredit.
Perusahaan berani memberikan kredit karena jika pelanggan gagal melunasi utang, rumah bisa hangus dan dijual kembali. Namun dalam memberikan pinjaman rumah, perusahaan mengambil risiko dengan mengambil utang jangka pendek 1-2 tahun. Mengingat jangka waktu pinjaman yang diberikan sekitar 20 tahun.
Pada akhirnya terjadi ketidakseimbangan kredit yang mengakibatkan kredit macet. Selain meminjam dari pihak ketiga, pemberi pinjaman hipotek ini juga menerbitkan EBA, yaitu sekuritas yang dijaminkan yang digunakan untuk pembagian risiko. EBA ini dijual ke bank, institusi, dan individu dari berbagai negara. Default memiliki dampak besar dan telah menciptakan sentimen negatif bagi investor di seluruh dunia.
Dan klimaksnya sangat menakjubkan. Siapa sangka krisis ini bisa menggulingkan Lehman Brothers, lembaga keuangan terbesar keempat di Amerika Serikat dengan sejarah lebih dari 158 tahun.
Dalam beberapa bulan setelah kebangkrutan Lehman, dunia menderita kerugian hingga $1 triliun dan ratusan ribu orang kehilangan pekerjaan. Efek domino yang sangat kuat.
Penyebab Krisis Subprime Mortgage
Selain itu masih ada beberapa penyebab lain yang menyebabkan krisis ini di antaranya:
Deregulasi
Pada tahun 1990, pemerintah Amerika Serikat memperkenalkan sistem dari Inggris yang disebut mortgage atau primary mortgage, sebuah kebijakan deregulasi yang bertujuan untuk meningkatkan kepemilikan rumah masyarakat.
Pada tahun 1992, pemerintah AS mengeluarkan kebijakan kepemilikan rumah baru yang ditujukan untuk kelas menengah ke bawah, yang disebut hipotek subprime.
Pada tahun 1999, Gramm-Leach Bileley Act mencabut Glass-Steagall Act. Dengan dicabutnya kebijakan ini, bank diperbolehkan menggunakan simpanannya untuk investasi derivatif dan membuat produk subprime mortgage. Produk manufaktur lainnya adalah MBS dan CDO yang sangat diminati investor. Ini adalah salah satu alasan untuk krisis hipotek.
Sekuritas
Produk investasi dari MBS Mortgage Supported Security dan CDO Collateralized Debligation merupakan upaya bank untuk meraih keuntungan yang lebih besar. Bank menjual MBS ke bank investasi untuk meningkatkan likuiditas.
Jangka waktu pembayaran hipotek yang panjang, sehingga bank dapat memperluas bisnis mereka dengan menjual portofolio pinjaman mereka ke perbankan investasi.
Disinilah posisi bank sebagai perantara antara investment banking dengan nasabah KPR. Aset atau portofolio perbankan investasi yang dijual kembali dijual dengan nilai yang lebih rendah. CDO adalah produk yang diproduksi oleh investment banking dan kemudian dijual kembali kepada investor dalam bentuk obligasi. CDO memiliki 3 slide, slide pertama, slide mezanin dan slide mikro.
Seiring dengan perkembangan CDO, default swap, sejenis asuransi untuk CDO, diterbitkan. Fungsi dari asuransi ini adalah untuk menjamin bahwa jika terjadi wanprestasi atau non-pembayaran, pembeli mendapatkan perlindungan dari penjual credit default swap.
Pada tahun 2008, jatuhnya CDO mempengaruhi banyak perusahaan seperti AIG, Citigroup, JP Morgan Chase, Bank of America, AIG, Goldman Sachs, Amex, Morgan Stanley, Chrysler dan General Motors.
Kenaikan Suku Bunga dari the Fed
Pada tahun 2001, ketua Federasi Alan Greenspan memangkas suku bunga menjadi 1,75%. Pada tahun 2002, kami menurunkan suku bunga menjadi 1,25% dan menyesuaikan hipotek.
Pada tahun 2004, Ren menaikkan suku bunga menjadi 2,25%, dan pada tahun 2005 kembali menaikkan suku bunga menjadi 4,25%.
Hal ini membuat peminjam kesulitan untuk melunasi hutangnya. Akibatnya, harga rumah turun, sehingga sulit untuk dijual, penjualan rumah tidak mampu membayar sisa utang, dan krisis keuangan 2007 menyebar ke Wall Street pada 2008, juga mempengaruhi negara-negara lain.
Dampak Krisis Subprime Mortgage di Saham
Hantaman krisis Subprime Mortgage nyatanya bukan hanya membuat negara adidaya tersebut kalang kabut. Krisis ini juga berdampak Secara global. Inilah beberapa efek Akibat krisis ini:
- Desember 2007 Amerika serikat mengalami resesi ekonomi
- Angka pengangguran meningkat
- Angka kemiskinan di Amerika meningkat sebesar 12.5% tahun 2007 dan 15% tahun 2010
- Menyebabkan inflasi di Indonesia sebesar 11,1%
- Tahun 2007-2009 IHSG anjlok 50-60%
Krisis subprime mortgage di Amerika Serikat berdampak besar terhadap perekonomian, khususnya sektor keuangan. Runtuhnya perekonomian Amerika saat itu tidak hanya membuat negara tersebut kacau balau, tetapi juga berdampak pada negara-negara lain, khususnya Jepang dan Eropa.
Namun, Indonesia juga terkena dampaknya, tetapi tidak separah di benua Eropa. Saat itu IHSG turun tajam. Oleh karena itu, hal ini harus menjadi pelajaran sekaligus harapan bagi pemegang saham pasar modal. Pelajaran apa yang bisa kita petik dari krisis penyanderaan? Ya, dunia investasi butuh pemikiran yang matang tidak hanya dalam jangka pendek tetapi juga dalam jangka panjang. Bahkan, seringkali perlu untuk menyeimbangkan kembali portofolio saham, yang telah kami jelaskan di sini bagaimana melakukannya.
Yang terburuk harus dipertimbangkan, terutama ketika membuat keputusan besar dan berisik seperti yang dilakukan pemberi pinjaman hipotek pada saat itu.